Kamis, 15 Juli 2010

Wisata Museum, Berwisata Sambil Belajar Sejarah dan Mengasah Kreatifitas

Museum Keramik (foto: Agung Nugroho)

KEMANA Anda mengajak buah hati menghabiskan akhir pekan? Mal atau game centre biasanya menjadi pilihan untuk anak yang tinggal di kota besar. Sesekali, ajaklah si kecil mengenal sejarah dengan mengunjungi museum. Tak cuma melihat peninggalan sejarah, anak bisa mengikuti workshop yang mengasah kreatifitas.

Dulu, berkunjung ke museum mungkin menjadi sesuatu yang enggak banget bagi buah hati Anda. Wajar, mengingat saat itu pemerintah belum terlalu serius dalam perawatan dan promosi museum.

“Pihak museum sampai harus mengeluarkan anggaran untuk mengundang anak sekolah,” jelas Esti Utami, Kepala Sie Koleksi dan Perawatan Museum Seni Rupa dan Keramik.

Renovasi yang dilakukan pemerintah di kawasan Kota Tua, tempat berkumpulnya beberapa museum, ikut menaikkan minat masyarakat berkunjung ke museum. “Sekarang, tanpa perlu diundang, dalam sehari kami bisa kedatangan 700 pengunjung,” lanjut Esti. Perbaikan terus dilakukan.

Museum Wayang
Sebelum berubah fungsi menjadi Museum Wayang, bangunan seluas 990 m2 ini digunakan sebagai gereja pada 1640. Sejak 1808 gedung ini hancur akibat gempa bumi. Sempat beberapa kali beralih fungsi, hingga pada 13 Agustus 1975 Museum Wayang diresmikan mantan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin.

Berkunjung ke Museum Wayang yang berlokasi di Jl. Pintu Besar Utara no. 27, daerah Kota Tua, Anda dan buah hati bisa melihat koleksi wayang lokal dan dunia. Wayang atau puppet dari Inggris, Cina dan Thailand juga menghiasi display Museum Wayang.

Bukan sekadar melihat, museum yang memiliki koleksi sebanyak 5400 wayang ini menawarkan kegiatan yang bisa Anda dan si kecil lakukan. Kegiatan yang disediakan dapat diikuti dengan membayar seikhlasnya kepada sang pelatih. Berlatih gamelan, membuat replika wayang dari janur yang dililit pada kerangka kayu, belajar mendalang, dan banyak lagi.

Semua kegiatan yang diadakan Museum Wayang bisa Anda ikuti pada jam kerja museum, pukul 09.00 – 15.00 WIB. Selain itu, museum mengadakan pergelaran wayang secara periodik yang dapat dinikmati setiap minggu II, III, dan minggu terakhir pada pukul 10.00 – 14.00 WIB.

Saat ini, Museum Wayang tengah mengadakan renovasi. Nantinya, akan ada ruang audio visual di mana Anda dapat menyaksikan video tentang sejarah wayang. Di beberapa spot akan disedikan komputer dan layar LCD yang memudahkan Anda mengetahui sejarah wayang.

“Museum Wayang mendapat pengakuan dari UNESCO 7 November 2003 di Paris dengan identitas sebagai Masterpiece of The Oral and Intangible Heritage of Humanity.”wayang” Indonesia telah diakui sebagai karya agung budaya dunia”, jelas Budi Santosa selaku Kasie Pameran dan Edukasi Museum Wayang.

Karcis masuknya hanya Rp 500; sampai Rp 2000. Urban Style sempat berbincang mengenai museum wayang tersebut dengan Teresha (35) salah satu pengunjung. “Edukasi yang diberikan museum ini bermanfaat. Anak bisa belajar ngedalang juga”, ucap ibu tiga anak ini.

Museum Seni Rupa dan Keramik
Museum yang didirikan pada tahun 1870-an ini, dulunya gedung peradilan zaman Belanda. Pada 20 Agustus 1976 diresmikan sebagai Balai Seni Rupa oleh Ali Sadikin. Museum terbagi atas 2 sayap depan, yang terdiri dari koleksi keramik lokal dan asing.

Di 2 sayap belakang terdapat koleksi lukisan dan patung yang dari berbagai negara. Bangunan yang memiliki luas sekitar 8000 m2 ini juga memiliki koleksi totem kayu jati yang berasal dari Bali. Lukisan dari pelukis ternama seperti Antonio Blanco, Dullah, Ernes Dezentje, Wakidi, Afandi, Kusnadi, Mozes Misdi juga dapat diperlihatkan kepada si buah hati.

Museum ini menyediakan kegiatan workshop bagi pengunjung, pembuatan keramik dan melukis di atas kanvas. Untuk mengikuti workshop, Anda bisa membayar mulai Rp 25.000; - Rp 30.000;. Kegiatan workshop bisa diikuti oleh semua kalangan dan umur dengan jenis kegiatan berbeda.

Untuk anak dari sekolah dasar (SD) dapat membuat keramik dengan cara mencetak dari gips yang sudah ada. Hasil dari workshop pun bisa Anda bawa pulang.

“Aku seneng bisa belajar buat keramik dari gips, apalagi bisa dibentuk – bentuk”, ujar Chaca (11) yang saat itu sedang asyik membentuk gips menjadi bunga. Jika Anda bingung menjelaskan segala sesuatunya tentang benda sejarah tersebut kepada si kecil, Anda tidak perlu takut.

Museum ini menyediakan tour guide yang bisa menjadi solusi jika si kecil banyak bertanya, dengan biaya Rp 25.000; saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar